Al–Qur`ānul Karīm adalah firman Allah yang tidak mengandung kebatilan sedikitpun. Alquran memberi petunjuk jalan yang lurus dan memberi bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan hidupnya, agar selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Allah Ta’ālā. Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi keutamaan mempelajari Alquran. Sebagaimana sabda Nabi shollAllahu ‘alaihi wa sallam, “Sebaik-baik kamu adalah orang yg mempelajari Alquran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Adab-Adab Membaca Alquran
Ketika membaca Alquran, maka seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Alquran:
1. Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang.
Dalam membaca Alquran seseorang dianjurkan dalam keadaan suci. Namun, diperbolehkan apabila dia membaca dalam keadaan terkena najis. Imam Ḥaromain (Masjidilharam) berkata, “Orang yang membaca Alquran dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang utama.”[1]
2. Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca.
Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang membaca Alquran (khatam) kurang dari tiga hari, berarti dia tidak memahami.”[2]
Sebagian sahabat membenci pengkhataman Alquran sehari semalam, dengan dasar hadis di atas. Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatam kan Alquran setiap satu minggu (7 hari)[3]. Sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Mas’ūd, Uṡmān bin Affān, Zaid bin Ṡābit, mereka mengkhatamkan Alquran sekali dalam seminggu.
3. Membaca Alquran dengan khusyu’, dengan menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan.
Allah Ta’ālā menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hamba-Nya yang salih,
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.”[4].
Namun demikian tidaklah disyariatkan bagi seseorang untuk pura-pura menangis dengan tangisan yang dibuat-buat.
4. Membaguskan suara ketika membacanya.
Sebagaimana sabda Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, “Hiasilah Alquran dengan suaramu.” [5]. Di dalam hadis lain dijelaskan, “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Alquran.”[6]. Maksud hadis ini adalah membaca Alquran dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhraj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid. Dan seseorang tidak perlu melenggok-lenggokkan suara di luar kemampuannya.
5. Membaca Alquran dimulai dengan istiazah.
Allah Subḥānahu wa Ta’ālā berfirman yang artinya, “Apabila kamu membaca Alquran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.”[7]
Membaca Alquran dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat, dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih secara khusyuk.
Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ingatlah bahwasanya setiap dari kalian bermunajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh bersuara lebih keras daripada yang lain pada saat membaca (Alquran).”[8]
Wallahualam.