Anak-anakku para pelajar dan mahasiswa! Sekarang Anda semua sedang menempuh ujian dengan tingkat persiapan yang berbeda-beda. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa nilai yang akan didapat – setelah taufiq dari ALLAH Subḥānahu wa Ta’ālā – adalah sesuai dengan usaha yang dicurahkan dalam persiapan untuk menempuh ujian tersebut. Siapa saja yang telah menanamkan jerih payah dan usaha yang maksimal maka dia akan dapat memanen keberhasilan dan kesenangan, dan siapa saja yang lengah serta membiasakan diri dalam kemalasan dan kelalaian maka dia tidak akan memanen kecuali kegagalan dan penyesalan.
Satu hal yang harus kita perhatikan dan tidak boleh kita lupakan dalam masa-masa seperti ini adalah bahwasanya ujian itu banyak macamnya dan sangat penting untuk dilalui. Setiap kita pasti menghadapi ujian yang sangat menentukan di hadapan Allah Rabb semesta alam “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”, kita tidak tahu apa hasil yang akan kita dapatkan dalam ujian dari ini.
Sebagaimana kita juga pasti akan menemui berbagai macam persoalan yang pelik dan susah ketika menghadapi ujian-ujian tersebut, maka manusia akan diuji ketika dia wafat meninggalkan dunia fana ini, apakah hasil ujian yang akan didapatkannya? Dalam kondisi bagaimanakah ruhnya meninggalkan badan? Apakah kita yakin bahwa Ruh kita akan keluar dari jasad ketika mengucapkan Laa ilaaha illallahu? Ataukah justru ruh itu keluar ketika kita sedang sibuk dengan urusan dunia? Atau ketika sedang melakukan kemaksiatan? Kita memohon kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā keselamatan dan kesehatan. Adakah kita akan meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah? Atau justru sebaliknya Su`ul khatimah? Kita berlindung kepada Allah darinya. Sungguh ini adalah ujian yang sangat sulit, kondisi yang sangat menentukan yang kita sendiri tidak tahu hasilnya sampai sekarang.
Perlu kita ketahui bahwasanya siapa saja yang akhir perkataannya di dunia ini adalah Laa ilaaha illallahu (tidak ada yang berhak disembah selain Allah) maka dia pasti akan masuk ke dalam sorga, sebagaimana dijelaskan dalam hadist dari Mu’az bin Jabal raḍiyallāhu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang mengucapakan Laa ilaaha illallahu diakhir perkataannya (akhir hayatnya) maka dia pasti akan masuk sorga” . (HR. Abu Daud ).
Coba anda renungkan sejenak salah satu tempat ujian yang pasti masing-masing kita akan menempuhnya, ketika kita di kuburkan sendirian, kita meninggalkan keluarga dan harta benda, tidak ada yang ikut bersama kita kecuali amalan yang telah kita lakukan, ketika itulah beberapa pertanyaan diberikan kepada kita, sebagaimana dijelaskan dalam Sunan Tirmizi dari hadis Ibnu Mas’ud dari Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidak akan beranjak kaki anak Adam (manusia) dari hadapan Rabbnya pada hari kiamat sehingga ditanyakan kepadanya tentang lima hal: tentang umurnya, ke mana dia habiskan? Tentang masa mudanya, apa yang dia lakukan? Tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan ke mana dia manfaatkan? Dan tentang ilmunya, apa yang sudah dia amalkan?”
Coba renungkan lagi tempat-tempat ujian yang lain, yaitu ketika Anda harus berhadapan dengan timbangan amal, apakah timbangan kebaikanmu akan berat atau justru sebaliknya? Juga ketika menerima catatan amalan dunia, apakah catatanmu akan diterima dengan tangan kanan atau dengan tangan kiri atau justru dari belakang? Dan ketika kamu berada di Shirath (jembatan), apakah kamu bisa melewatinya dengan amalanmu atau justru kamu akan disambar oleh ganasnya api neraka Jahannam? Bagaimanakah kondisimu menghadapi ujian-ujian sangat sulit ini?
Suatu ketika Ummul Mukminin ‘Aisyah menangis, sehingga membuat Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah gerangan yang membuat kamu menangis? Beliau (‘Aisyah ) menjawab, ‘Saya teringat neraka maka saya menangis, apakah pada hari kiamat itu kita masih ingat dengan keluarga kita?’ Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ada tiga (3) tempat di mana masing-masing orang tidak saling ingat lagi, yaitu ketika berada di hadapan timbangan (amal) sampai dia tahu apakah timbangan (kebaikannya) ringan atau berat. Kemudian ketika dia diberikan catatannya sambil dikatakan kepadanya, “Ambillah, bacalah kitabmu ini!” Sehingga dia tahu apakah catatan amalnya itu diterima dengan tangan kanan atau kiri atau dari belakang. Kemudian ketika dia menyeberangi Shirath (jembatan) yang terletak di atas neraka Jahannam.'” (HR. Abu Daud).
Inilah di antara tempat-tempat ujian yang pasti akan dilewati oleh umat manusia, semuanya butuh persiapan. Kesuksesan yang didapat menghadapi ujian-ujian tersebut, itulah dia kesuksesan hakiki, sebagaimana dijelaskan oleh Allah Subḥānahu wa Ta’ālā, “Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘and, dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. At–Taubah: 72). Sedangkan kerugian/kegagalan dalam ujian-ujian ini berarti itu juga merupakan kegagalan nyata, sebagaimana firman Allah Subḥānahu wa Ta’ālā, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.’ Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Az-Zumar: 15).
Jadi kalau Anda ingin sukses, maka persiapkanlah diri untuk menghadapi semua macam ujian.
Oleh : Prof. Dr. Sulaiman bin Qasim Al-‘Ied. Mantan Ketua Jurusan Studi Islam, Program Pascasarjana, di King Saud University, Riyadh.
Artikel ini dialih bahasakan oleh: Abu Mushih MT.