Penyempurna Akidah
1. Amar makruf dan nahi munkar
Allah Ta’ālā berfirman,
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Āli ‘Imrān: 104)
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya; jika dia tidak sanggup maka hendaklah dengan lisannya; jika dia tidak sanggup maka hendaklah dengan hatinya, dan itu merupakan iman paling lemah.'”[1]
Dan sebelumnya harus ada ilmu terkait hal itu, lemah lembut mengubahnya, serta bersabar setelahnya.
2. Berusaha mempersatukan dan mempererat persaudaraan seiman, memerangi perpecahan dan perbedaan
Allah Ta’ālā berfirman,
“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.” (QS. Āli ‘Imrān: 103-105)
Dan berfirman,
“Yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya.” (QS. Asy-Syūrā: 13)
Dan Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang mukmin dengan mukmin lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya.” Dan beliau menyilang-nyilangkan di antara jari-jarinya. (Muttafaq ‘alaihi)[2]
Beliau juga bersabda, “Perumpamaan orang mukmin dalam masalah cinta, kasih sayang, dan saling menolong adalah seperti satu tubuh, jika satu anggota tubuh mengeluhkan sakit, maka semua anggota tubuh bereaksi dengan tidak tidur dan demam.”[3]
3. Akhlak mulia dan amal baik
Seperti sabar, dermawan, berani, bijaksana, pemaaf, tawaduk, dan meninggalkan kebalikan dari sifat-sifat tersebut, berbakti kepada kedua orang tua, silaturahmi, berbuat baik kepada tetangga, berbuat baik kepada anak yatim, orang miskin, dan ibnu sabil.
Allah Ta’ālā berfirman,
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’rāf: 199)
Diriwayatkan dari Abu Darda raḍiyallāhu ‘anhu dari Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat di mizan (timbangan) melebihi akhlak yang baik.”[4]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang membantu menyelesaikan sebuah masalah dunia dari seorang mukmin maka Allah akan membebaskan salah satu masalahnya dari masalah-masalah akhirat. Siapa yang meringankan beban seorang yang punya beban, maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa dalam pertolongan hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya. Siapa yang menempuh satu jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya dengan usahanya itu jalan menuju surga. Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca Kitabullah, mempelajarinya di antara mereka, melainkan malaikat akan turun kepada mereka, rahmat akan menutupi mereka, malaikat akan mengelilingi mereka, dan Allah akan menyebut mereka di hadapan makhluk yang ada di dekat-Nya. Siapa saja yang amalannya memperlambat (hisab)nya maka sesungguhnya nasabnya tidak akan bisa mempercepatnya.”[5]
Catatan Kaki[+]
↑1 | HR. Muslim nomor 49. |
---|---|
↑2 | HR. Bukhari nomor 2446, dan Muslim nomor 2585, dari hadis Abu Musa raḍiyallāhu ‘anhu. Redaksi ini milik Bukhari. |
↑3 | HR. Muslim nomor 2586 dari hadis An-Nu’mān bin Basyīr raḍiyallāhu ‘anhumā. |
↑4 | HR. Abu Daud nomor 4799, dan Tirmizi nomor 2002 dan 2003. Redaksi ini milik Abu Daud. Dalam riwayat Tirmizi ada tambahan setelahnya, “Sesungguhnya orang yang berkakhlak baik bisa mencapai derajat orang-orang yang salat dan puasa dengan akhlaknya.” |
↑5 | HR. Muslim nomor 2699. |