Sesungguhnya kehidupan binatang mirip dengan kehidupan manusia. Binatang-binatang juga memiliki kekhususan, tabiat, dan perasaan yang mirip -pada sebagian besar keadaan- dengan manusia. Allah Ta’ālā berfirman:
وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُم ۚ مَّا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِن شَيْءٍ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Qs. Al-An’am: 38).
Jika manusia berkasih sayang dengan manusia lainnya akan mendapatkan pahala, maka kasih sayang seorang manusia kepada binatang juga akan mendapat ganjaran pahala dari Allah, bahkan bisa jadi Allah akan memasukkannya ke dalam surga, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam:
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيْقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ، فَوَجَدَ بِئْراً فَنزَلَ فِيْهَا فَشَرِبَ، ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ، فَقَالَ الرَّجُلُ : لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبُ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلَ الَّذِي كَانَ قَدْ بَلَغَ يِّي، فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ فَسَقَى الْكَلْبَ، فَشَكَرَ اللَهُ لَه فَغَفَرَ لَه ، قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللِه إِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِم أَجْراً ؟ فَقَالَ: فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
“Suatu ketika ada seorang laki-laki berjalan di suatu jalan, ia sangat kehausan, lalu ia menemukan sebuah sumur, kemudian turun ke dalamnya lalu minum. Setelah itu ia pun keluar.
Tiba-tiba ada seekor anjing mengulur-ulurkan lidahnya sambil memakan tanah karena hausnya, Orang itu berkata dalam hati, ‘Sungguh anjing ini telah kehausan sebagaimana yang saya alami tadi.’
Ia pun turun lagi ke dalam sumur lalu mengisi sepatunya dengan air, kemudian menggigit sepatu itu dengan mulutnya. Kemudian ia memberikan minum pada anjing tersebut. Allah Ta’ālā pun berterima kasih padanya dan memberikan pengampunan padanya.
Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah kita juga memperoleh pahala (karena menolong) binatang?’
Beliau ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Dalam setiap makhluk yang memiliki hati yang basah (masih hidup) ada pahalanya.” (HR. Bukhari no. 168, 2190, 2286 dan 5550; Muslim no. 4162; Abu Daud no. 2187; Ahmad no. 8519, 10281 dan 10334).
Sebagaimana berkasih sayang kepada binatang dapat menyebabkan pelakunya dimasukkan ke dalam surga, maka kekerasan yang dilakukan kepada binatang terkadang juga dapat menyebabkan pelakunya dimasukkan ke dalam neraka, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam:
دَخَلَتِ امْرَأَةٌ النَّارَ فِي هِرَّةٍ رَبَطَتْهَا فَلم تطعمهَا وَلمْ تدعهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الأَرْضِ
“Seorang wanita masuk neraka karena seekor kucing, ia mengikatnya namun ia tidak memberikannya makan, dan ia juga membiarkannya untuk memakan serangga bumi.” (HR. Muslim).
Wallahu a’lam biṣṣawāb…