Iman Kepada Para Rasul

8 menit waktu membaca

Daftar Isi

Iman Kepada Para Rasul

Yaitu keyakinan yang kuat bahwa Allah Ta’ālā telah memilih beberapa laki-laki dari manusia, Dia berikan wahyu kepada mereka, Dia utus mereka sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, mereka menyampaikan risalah-risalah-Nya kepada makhluk untuk beribadah hanya kepada-Nya, menjauhi ṭāgūt, karena kasih sayang-Nya kepada mereka, dan sekaligus untuk menegakkan hujah terhadap mereka.

Allah Ta’ālā berfirman,

“Allah memilih para utusan(-Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Al-Ḥajj: 75)

 “Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan  jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Naḥl: 43)

 “Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Dan Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. An-Nisā`: 165)

 “Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah ṭāgūt’.” (QS. An-Naḥl: 36)

Di antara hal-hal yang masuk dalam keimanan pada rasul adalah:

Pertama: Beriman bahwa risalah mereka dari Allah berdasarkan keinginan dan hikmah-Nya

Allah Ta’ālā berfirman,

“Dan apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, ‘Kami tidak akan percaya (beriman) sebelum diberikan kepada kami seperti yang diberikan kepada rasul-rasul Allah.’ Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya.” (QS. Al-An’ām: 124)

Dia juga berfirman,

“Dan mereka (juga) berkata, ‘Mengapa Al-Qur`ān ini tidak diturunkan kepada orang besar (kaya dan berpengaruh) dari salah satu di antara dua negeri ini (Mekah dan Taif)?’ Apakah mereka yang membagikan rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az-Zukhruf: 31-32)

Kenabian dan kerasulan tidak bisa didapatkan dengan latihan dan meditasi sebagaimana diklaim oleh sufi-sufi yang zindik, dan juga tidak bisa dikukuhkan dengan perkumpulan kekuatan yang disucikan, khayalan, dan kekuatan pengaruh sebagaimana diklaim oleh para filsuf, tetapi dia merupakan pilihan dan keutamaan dari Allah semata terhadap orang yang diketahui-Nya berhak untuk mendapatkannya dari kalangan makhluk-Nya yang mulia.

Kedua: Beriman  kepada semua rasul Allah, yang kita ketahui namanya kita imani secara personal, dan yang tidak kita ketahui maka kita imani secara global

Di antara yang kita ketahui namanya adalah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ālā, setelah menyebutkan Ibrahim ‘alaihissalām,

“Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya’kub kepadanya. Kepada masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan sebelum itu Kami telah memberi petunjuk kepada Nuh dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Daud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa, dan Harun. Dan demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh, dan Ismail, Ilyasa’, Yunus dan Lut. Masing-masing Kami lebihkan (derajatnya) di atas umat lain (pada masanya).” (QS. Al-An’ām: 84-86)

Dan dalam firman-Nya,

“Dan sungguh Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Gāfir: 78)

Jadi, yang diwajibkan adalah beriman kepada mereka semuanya, karena dakwah mereka itu satu. Allah Ta’ālā berfirman,

“Dia (Allah) telah mensyariatkan padamu tentang agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya.” (QS. Asy-Syūrā: 13)

Mengingkari salah seorang dari mereka berarti mengingkari semuanya. Allah Ta’ālā berfirman, “Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” (QS. Asy-Syu’arā`: 105) Padahal Nuh adalah rasul pertama. Jadi, tidak boleh membeda-bedakan para rasul Allah, dan juga tidak boleh beriman kepada sebagian mereka tanpa sebagian lainnya. Siapa yang melakukan hal itu maka dia telah kafir. Allah Ta’ālā berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, ‘Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain),’ serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir), merekalah orang-orang kafir yang sebenarnya. Dan Kami sediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan di antara mereka (para rasul), kelak Allah akan memberikan pahala kepada mereka. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An-Nisā`: 150-152)

Ketiga: Membenarkan mereka dan menerima apa yang mereka kabarkan dari Allah

Allah Ta’ālā berfirman,

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang Rasul (Muhammad) kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah (kepadanya), itu lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya milik Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. An-Nisā`: 150-152)

 “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zumar: 33)

 “Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan yang diucapkannya itu bukanlah menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Qur`ān itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.” (QS. An-Najm: 1-5)

Semua berita yang sahih tentang para nabi yang terdahulu, yang ditetapkan Allah dalam kitab-Nya, atau sahih dari Nabi-Nya ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam Sunnahnya, maka wajib untuk dibenarkan. Adapun berita-berita yang dinukilkan dari mereka dalam Isrā`īliyyāt, maka berlaku hukum yang sudah kita sebutkan secara rinci dalam bahasan iman kepada kitab-kitab. Adapun berita yang disandarkan kepada Nabi kita Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat-riwayat yang bersanad, maka berlaku baginya hukum kaidah para ahli hadis untuk mengetahui kesahihan dan kelemahannya. Riwayat berita yang sahih wajib untuk diterima dan diimani.

Keempat: Menaati dan mengikuti mereka serta berhukum kepada mereka

Allah Ta’ālā berfirman,

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah.(QS. An-Nisā`: 64)

Maka semua umat wajib untuk menaati dan mengikuti nabi yang diutus kepadanya. Tatkala nabi terakhir dan penutup adalah Muhammad, ṣalawātullāhi wasalāmuhu’alaihim ajma’īn, maka syariatnya menasakh (menghapus) syariat-syariat sebelumnya, dan menaati dan mengikutinya menjadi wajib bagi siapa saja yang mendengar tentangnya.

Allah Ta’ālā berfirman,

“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur`ān), mereka itulah orang-orang yang beruntung. Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. An-An’ām: 157-158)

 “Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosa kamu.’ Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Katakanlah (Muhammad), ‘Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir.'” (QS. Āli ‘Imrān: 31-32)

 “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisā`: 65)

Kelima: Menjadikan mereka sebagai wali, mencintai, menghargai dan mengucapkan salam untuk mereka

Allah Ta’ālā berfirman,

“Susungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah). Dan barang siapa menjadikan Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang.” (QS. Al-Mā`idah: 55-56)

 “Maka ketika Isa merasakan pengingkaran mereka (Bani Israil), dia berkata, ‘Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?’ Para Ḥawāriyyūn (sahabat setianya) menjawab, ‘Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim.'” (QS. Āli ‘Imrān: 52)

 “Katakanlah, ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”(QS. At-Taubah: 24)

 “Dan selamat sejahtera bagi para rasul.” (QS. Aṣ-Ṣāffāt: 181)

Dan Allah berfirman tentang Nabi-Nya Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam,

“Agar kamu semua beriman kepada Allah dan rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang.” (QS. Al-Fatḥ: 9)

Dan juga berfirman,

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Aḥzāb: 56)

Dan Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya, dan manusia seluruhnya.” (Muttafaq ‘alaihi)([1])

Baca Selanjutnya…

Baca Sebelumnya…


([1])  HR. Bukhari nomor 15, dan Muslim nomor 44, dari hadis Anas raḍiyallāhu ‘anhu.

Ditulis oleh Ustaz Muhammad Thalib, MA
Diambil dari website: mutiaradakwah.com
Print Artikel

Berlanggan Artikel Mutiara Dakwah

Berlangganlah secara gratis untuk mendapatkan email artikel terbaru dari situs ini.

Trending
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email

Tambahkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Agama dan Manhaj
Muhammad Thalib, MA

Agama dan Manhaj

Agama dan Manhaj Agama Allah itu satu, yaitu Islam. Allah berfirman, “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.” (QS. Āli ‘Imrān: 19). Ini adalah agama Allah untuk orang-orang terdahulu sampai

Baca Selengkapnya »
Apa Saja Penyempurna Akidah?
Muhammad Thalib, MA

Apa Saja Penyempurna Akidah?

Penyempurna Akidah 1. Amar makruf dan nahi munkar Allah Ta’ālā berfirman, “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari

Baca Selengkapnya »

Apakah Anda Ingin Meningkatkan Bisnis Anda?

Tingkatkan dengan cara beriklan

Formulir anda berhasil dikirim, terimakasih

join mutiara dakwah

Subscribe agar anda mendapatkan artikel terbaru dari situs kami

join mutiara dakwah

Subscribe agar anda mendapatkan artikel terbaru dari situs kami

Hukum Shalat Memakai Masker Saat Pandemi Covid-19 Setiap Amalan Tergantung Niatnya Keutamaan Mempelajari Tafsir Alquran Mengkhatamkan Al-Qur`an Sebulan Sekali Pelajari Adab Sebelum Ilmu Kenapa Kita Harus Belajar Fikih Muamalat? Tata Cara Wudhu Yang Benar Pembagian Tauhid dan Maknanya Hukum Belajar Bahasa Inggris Kisah Rasulullah Hijrah Ke Madinah Mengajak Orang Lain Berbuat Baik, Tapi Lupa Diri Sendiri