Tafsir Surah As-Shaff Ayat 1-4

5 menit waktu membaca

Daftar Isi

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Salam, ia menuturkan: “Kami pernah berembuk, siapakah di antara kalian yang bersedia datang kepada Rasulullah ﷺ untuk menanyakan kepada beliau tentang amal apakah ada yang paling disukai Allah? Namun tidak ada seorang pun dari kami yang beranjak bangun. Kemudian Rasulullah ﷺ mengutus seseorang mengutus kami. Lalu utusan itu mengumpulkan kami dan membacakan surah ini kepada kami. Yakni, Surah As-Shaff secara keseluruhan.” Demikian hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

Ayat dan Artinya

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۖ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

1. Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

2. Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?

كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ

3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَٰنٌ مَّرْصُوصٌ

4. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.

Qs. As-Shaff: 1-4

Tafsirnya

Tafsir Ayat 1

Telah dikemukakan beberapa kali sebelumnya firman Allah Ta’ālā, “Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,“sehingga tidak perlu lagi dilakukan pengulangan di sini.

Tafsir Ayat 2

Firman Allah Ta’ālā, “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?” Ini merupakan pengingkaran Allah terhadap orang yang menetapkan suatu janji atau mengatakan suatu suatu ucapan tetapi ia tidak memenuhinya. Oleh karena itu, ayat ini dijadikan sebagai landasan bagi ulama Salaf yang berpendapat mengharuskan pemenuhan janji itu secara mutlak, baik janji tersebut adalah sesuatu yang harus dilaksanakan ataupun tidak. Dalam hal itu mereka berlandasakan pada Sunah juga, sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab Aṣ-ṢaḥĪḥain, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda,

آية المنافق ثلاث: إذا وعد أخلف، و إذا حدّث كذب، وإذا اؤتمن خان

Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; jika beranji ia mengingkari, jika berbicara ia berdusta dan jika dipercaya ia berkhianat.

Dan dalam hadis yang lainnya juga masih di dalam kitab Sahih disebutkan:

أَرْبَعٌ مَن كُنَّ فيه كانَ مُنَافِقًا خَالِصًا ومَن كَانَتْ فيه واحدة منهنَّ كَانَتْ فيه خَصْلَةٌ مِنْ نِفَاقِ حتَّى يَدَعَهَا

Ada empat perkara yang barangsiapa pada dirinya yang terdapat keempat perkara tersebut, maka ia termasuk munafik murni. Dan barangsiapa yang pada dirinya terdapat salah dari keempatnya itu, maka padanya telah terdapat salah satu ciri kemunafikan sampai ia meninggalkannya.” Kemudian beliau menyebutkan di antaranya, yaitu tidak menepati janji.

Tafsir Ayat 3

Oleh karena itu, Allah Ta’ālā menegaskan pengingkaran terhadap mereka melalui firman-Nya berikut ini, “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

Imam Ahmad dan Abu Dawud telah meriwayatkan dari Abdullah bin Amir bin Rabi’ah, ia menuturkan: “Rasulullah ﷺ pernah mendatangi kami, ketika itu aku masih kecil. Kemudian aku pergi untuk bermain, maka ibuku berkata kepadaku: “Wahai Abdullah, kemarilah, aku akan memberimu sesuatu.” Maka Rasulullah ﷺ berkata kepadanya (ibunya): “Apa yang hendak engkau berikan kepadanya?” “Kurma,” jawabnya. Lalu beliau mengatakan: Tahukah engkau, jika engkau tidak melakukannya, maka telah ditetapkan bagimu dusta.”

Imam Malik raḥimahullāh berpendapat bahwa jika suatu janji terkait dengan sesuatu yang harus dilaksanakan pada orang yang diberi janji, maka janji tersebur harus dipenuhi. Misalnya, jika ada orang yang berkata kepada kawannya: “Jika engkau menikah, maka setiap hari Anda berhak mendapatkan ini.” Kemudian orang itupun menikah, maka dia harus memenuhi janji yang telah diucapkannya tersebut selama orang itu melaksanakannya. Sebab, janji itu terkait dengan hak manusia, berdasarkan adanya tekanan atau desakan. Namun menurut Jumhur Ulama, bahwa hal tersebut tidak wajib secara mutlak. Dalam hal ini, mereka beralasan bahwa ayat tersebut turun ketika orang-orang mengharapkan diturunkannya kewajiban jihad kepada mereka, tetapi setelah kewajiban itu diberikan, sebagian mereka ingkar. Demikian pendapat yang menjadi pilihan Ibnu Jarir.

Muqātil bin Hayyan mengemukakan, orang-orang mukmin berkata: “Seandainya kami menemukan amalan yang paling disukai Allah, pasti kami akan mengamalkannya.” Kemudian Allah Ta’ālā menunjukkan kepada mereka amalan yang paling dicintai-Nya, melalui firman-Nya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” Allah menjelaskan kepada mereka bahwa mereka diuji melalui perang Uhud, namun mereka berpaling dari Rasulullah ﷺ seraya meninggalkan beliau. Kemudian Allah Ta’ālā menurunkan firman-Nya yang berkenaan dengan hal tersebut: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?” padahal menurut firman-Nya: “Orang yang paling Aku cintai di antara kamu adalah siapa yang berperang di jalan-Ku.”

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa ayat ini dirurunkan berkenaan dengan keadaan perang. Ada seseorang berkata: “Aku telah berperang,” padahal dia sama sekali tidak berperang. “Aku telah menikam,” padahal dia tidak melakukannya. “Aku telah memukul,” padahal ia tidak. “Aku telah bersabar”, padahal ia tidak pernah bersabar.

Mengenai firman Allah Ta’ālā, “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?” Imam Malik meriwayatkan dari Zaid bin Aslam, ia mengatakan: “Yakni, jihad.”

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu SaĪd Al-Khudri raḍiyallāhu ‘anhu, ia bercerita, “Rasulullah ﷺ berkata:

ثلاثةٌ يَضحَكُ اللهُ إليهم: الرَّجُلُ يَقومُ من اللَّيلِ، والقَومُ إذا صَفُّوا للصَّلاةِ، والقَومُ إذا صَفُّوا لِلقِتالِ

“Ada tiga kelompok orang yang Allah akan tertawa kepada mereka, yaitu kepada orang yang bangun tengah malam, kepada orang-orang jika berbaris untuk mengerjakan salat, dan orang-orang jika berbaris untuk berperang.”[1] (HR. Ibnu Majah).

Tafsir Ayat 4

Mengenai firman Allah Ta’ālā, “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur,” Sa’Īd bin Jubair berkata: “Rasulullah ﷺ tidak menyerang musuh kecuali dengan membariskan pasukan.” Ini merupakan pengajaran langsung dari Allah Ta’ālā kepada orang-orang yang beriman.

Firman Allah ‘Azza wa Jalla, “Seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” Maksudnya, satu dengan yang lainnya saling bersentuhan badan dalam barisan. Sedangkan Muqātil bin Hayyān mengatakan: “Satu dengan yang lainnya saling merapatkan barisan.”

Mengenai firman-Nya ini, “Seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh,” Ibnu Abbas mengatakan, “Yakni teguh, tidak akan tumbang, masing-masing bagian merekat erat dengan yang lain.” Adapun Qatādah, masih mengenai firman-Nya ini, “Seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh,” ia mengatakan, “Tidakkah engkau perhatikan pemilik bangunan, bagaimana ia tidak ingin bangunannya itu berantakan.” Demikian pula Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia tidak menyukai jika perintah-Nya tidak dipatuhi. Dia telah membariskan orang-orang mukmin dalam peperangan dan salat. Maka kalian harus berpegang teguh pada perintah-Nya, karena ia merupakan pelindung bagi orang yang mau berpegang padanya. Semua tafsiran ini telah disebutkan oleh Ibnu Abi Hatim.

Sumber: Tafsir Ibnu Katsir

Catatan Kaki

Catatan Kaki
1 Daif, didaifkan oleh Syekh Al-Albani dalam Ḍa’Īful Jāmi’ no. 2611. -ed.
Ditulis oleh Ustaz Muhammad Thalib, MA
Diambil dari website: mutiaradakwah.com
Print Artikel

Berlanggan Artikel Mutiara Dakwah

Berlangganlah secara gratis untuk mendapatkan email artikel terbaru dari situs ini.

Trending
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email

Tambahkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Tafsir Surah As-Shaff Ayat 7-9
Muhammad Thalib, MA

Tafsir Surah As-Shaff Ayat 7-9

Setelah sebelumnya kita membahas tafsir Surah As-Shaff pada ayat 1-4 dan juga tafsir Surah As-Shaff pada ayat 5-6, kali ini kita akan membahas tafsir Surah As-Shaff pada ayat 7 sampai

Baca Selengkapnya »
Tafsir Surah As-Shaff 5-6
Muhammad Thalib, MA

Tafsir Surah As-Shaff Ayat 5-6

Setelah sebelumnya kita membahas tafsir Surah As-Shaff pada ayat 1-4, kali ini kita akan membahas tafsir Surah As-Shaff pada ayat 5 dan ayat 6. Ayat dan Artinya وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ

Baca Selengkapnya »

Apakah Anda Ingin Meningkatkan Bisnis Anda?

Tingkatkan dengan cara beriklan

Formulir anda berhasil dikirim, terimakasih

join mutiara dakwah

Subscribe agar anda mendapatkan artikel terbaru dari situs kami

join mutiara dakwah

Subscribe agar anda mendapatkan artikel terbaru dari situs kami

Hukum Shalat Memakai Masker Saat Pandemi Covid-19 Setiap Amalan Tergantung Niatnya Keutamaan Mempelajari Tafsir Alquran Mengkhatamkan Al-Qur`an Sebulan Sekali Pelajari Adab Sebelum Ilmu Kenapa Kita Harus Belajar Fikih Muamalat? Tata Cara Wudhu Yang Benar Pembagian Tauhid dan Maknanya Hukum Belajar Bahasa Inggris Kisah Rasulullah Hijrah Ke Madinah Mengajak Orang Lain Berbuat Baik, Tapi Lupa Diri Sendiri