Adakah Amalan Khusus di Bulan Muharram?
Mendapati Bulan Muharram merupakan kenikmatan tersendiri bagi seorang mukmin. Karena bulan ini sarat dengan pahala dan ladang beramal bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan hari esoknya. Memulai awal tahun dengan ketaatan, agar pasti dalam melangkah dan menatap masa depan dengan optimis.
Abu Uṡman An-Nahdi[1] mengatakan: “Adalah para salaf mengagungkan tiga waktu dari sepuluh hari yang utama: Sepuluh hari terakhir dari Bulan Ramadan, sepuluh hari pertama Bulan Zulhijah dan sepuluh hari pertama Bulan Muharram.”[2]
Amalan-Amalan Sunah di Bulan Muharram
Berikut ini amalan-amalan sunah yang dianjurkan pada Bulan Muharram.
Pertama: Puasa
Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
“Puasa yang paling afdal setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Allah Al-Muharram.”[3]
Hadis ini sangat jelas sekali bahwa puasa sunah yang paling afdal setelah Ramadan adalah puasa pada Bulan Muharram. Maksud puasa disini adalah puasa secara mutlak. Memperbanyak puasa sunah pada bulan ini, utamanya ketika hari ‘Asyura (10 Muharram).
Akan tetapi perlu diingat tidak boleh berpuasa pada seluruh hari Bulan Muharram, karena Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali pada Bulan Ramadan[4] saja.[5].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Ini adalah puasa yang paling afdal bagi orang yang hanya berpuasa pada bulan ini saja, sedangkan bagi yang terbiasa berpuasa terus pada bulan lainnya yang afdal adalah puasa Daud”[6].
Kedua: Memperbanyak Amalan Salih
Sebagaimana perbuatan dosa pada bulan ini akan dibalas dengan dosa yang besar maka begitu pula perbuatan baik. Bagi yang beramal salih pada bulan ini ia akan menuai pahala yang besar sebagai kasih sayang dan kemurahan Allah kepada para hambanya.[7]
Ini adalah keutamaan yang besar, kebaikan yang banyak, tidak bisa dikiaskan. Sesungguhnya Allah adalah pemberi nikmat, pemberi keutamaan sesuai kehendaknya dan kepada siapa saja yang dikehendaki. Tidak ada yang dapat menentang hukumnya dan tidak ada yang yang dapat menolak keutamaanNya.[8]
Ketiga: Taubat
Taubat adalah kembali kepada Allah dari perkara yang Dia benci secara lahir dan batin menuju kepada perkara yang Dia senangi. Menyesali atas dosa yang telah lalu, meninggalkan seketika itu juga dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali. Taubat adalah tugas seumur hidup.[9]
Maka kewajiban bagi seorang muslim apabila terjatuh dalam dosa dan maksiat untuk segera bertaubat, tidak menunda-nundanya, karena dia tidak tahu kapan kematian akan menjemput. Dan juga perbuatan jelek biasanya akan mendorong untuk mengerjakan perbuatan jelek yang lain. Apabila berbuat maksiat pada hari dan waktu yang penuh keutamaan, maka dosanya akan besar pula, sesuai dengan keutamaan waktu dan tempatnya. Maka bersegeralah bertaubat kepada Allah[10].
Catatan Kaki[+]
↑1 | Lihat biografinya dalam Tahdzibut Tahdzib 6/249 oleh Ibnu Hajar. |
---|---|
↑2 | Laṭoiful Ma’ārif hal.80 |
↑3 | HR.Muslim: 1982 |
↑4 | HR. Bukhari: 1971 dan Muslim:1157 |
↑5 | Syarh Sahih Muslim, An-Nawawi 8/303 |
↑6 | Kitab Aṣ-Ṣiyām Min Syarhil ‘Umdah, Ibnu Taimiyyah 2/548 |
↑7 | Ketahuilah, bahwa seluruh hadis-hadis yang menerangkan keutamaan beramal amalan tertentu selain puasa pada Bulan Muharram adalah hadis yang dusta dan dibuat-buat belaka!!!. (Al-Mau’iẓoh Al-Ḥasanah Bima Yuhṭobu Fi Syuhūr As-Sanah, Sidiq Hasan Khon hal.180, Bida’ Wa Akhtho hal.226). |
↑8 | At-Tamhīd, Ibnu ‘Abdil Barr 19/26, Fatḥul Bari, Ibnu Hajar 6/5 |
↑9 | Lihat hukum-hukum seputar taubat dalam risalah Hady Ar-Rūh Ilā Aḥkām At-Taubah An-Nasuh, Salim bin Ied Al-Hilali. |
↑10 | Lihat Majmu Fatāwā 34/180 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah |