Fase Ketiga, Memperluas Dakwah Ke Luar Mekkah
Setelah sebelumnya kita membahas fase pertama dan kedua dari dakwah Rasulullah ﷺ, yaitu fase dakwah sirriyah dan dakwah jahriyyah, kali ini kita akan membahas fase ke tiga dari dakwah Rasulullah ﷺ, yaitu Rasulullah ﷺ memperluas dakwahnya ke luar Mekkah.
Berdakwah Ke Ṭaif
Pada tahun ke-10 kenabian, bulan Syawal, Rasulullah ﷺ didampingi oleh Zaid bin Hariṡah berangkat menuju Ṭaif. Setiap kali beliau melewati suatu perkampungan, beliau sampaikan dakwah Islam kepada mereka. Namun tidak ada satupun yang menerimanya.
Setibanya di Ṭaif, Rasulullah ﷺ menemui tokoh-tokoh Ṭaif untuk menyampaikan dakwah Islam kepada mereka, namun mereka menolaknya mentah-mentah.
Rasulullah ﷺ menetap di Ṭaif selama 10 hari, namun setiap kali beliau mendatangi tokoh-tokoh di kota tersebut, mereka justru mengusirnya. Bahkan lebih dari itu, mereka memprovokasi masyarakat awam untuk menyerang Rasulullah ﷺ dan mencaci makinya, bahkan mereka mengejar-ngejar dan menimpuki Rasulullah ﷺ hingga kaki beliau berdarah-darah. Sementara itu Zaid bin Hariṡah berusaha melindunginya dengan dirinya sendiri, hingga dia sendiri terluka di kepalanya. Mereka baru berhenti mengejarnya setelah keduanya berlindung di kebun milik ‘Utbah dan Syaibah anak Rabi’ah, sekitar 3 mil dari kota Ṭaif.
Rasulullah ﷺ mendekati pohon anggur dan duduk di bawah naungannya. Di sana beliau mengadukan segala kegundahan dan kesedihan yang dialaminya:
اللهم إليك أشكو ضعف قوتي، وقلة حيلتي، وهواني على الناس، يا أرحم الراحمين، أنت رب المستضعفين، و أنت ربي، إلى من تكلني؟ إلى بعيد يتجهمني؟ أم إلى عدو ملكته أمري؟ إن لم يكن بك علي غضب فلا أبالي، ولكن عافيتك هي أوسع لي، أعوذ بنور وجهك الذي أشرقت له الظلمات، وصلح عليه أمر الدنيا والآخرة من أن تنزل بي غضبك، أو يحل علي سخطك، لك العتبى حتى ترضى، ولا حول ولا قوة إلا بك
“Ya Allah, kepadamu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya siasatku dan kehinaanku di hadapan manusia. Wahai yang Paling Pengasih dari pemilik kasih. Engkau adalah Tuhan bagi orang-orang lemah, Engkaulah Tuhan-ku, kepada siapa engkau akan serahkan aku?, kepada yang jauh nan bermuka masam?, atau kepada musuh yang akan menguasai urusanku?. Asal Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli (terhadap apa yang menimpaku), namun ampunanmu lebih luas (lebih kuharapkan) untukku, Aku berlindung dengan cahaya Wajah-Mu yang karenanya kegelapan menjadi terang benderang, dan urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan kemarahan-Mu kepadaku, atau murka kepadaku. Engkau-lah yang berhak menegurku hingga Engkau rela dan tidak ada daya dan kekuatan selain dengan-Mu“
Melihat keadaan Rasulullah ﷺ dan Zaid, timbul rasa kasihan pada diri kedua anak Rabi’ah. Lalu mereka panggil budaknya bernama Addas yang beragama Nasrani untuk memetikkan setangkai anggur dan memberikannya kepada Rasulullah ﷺ. Addas memetiknya lalu memberikan kepadanya. Rasulullah ﷺ menerimanya, lalu membaca Bismillah sebelum memakannya.
Mendengar bacaan basmalah, Adas berkomentar:
“Itu adalah ucapan yang bukan berasal dari penduduk negeri ini”.
“Dari negeri mana kamu? Dan apa agamamu?“, Tanya Rasulullah ﷺ kepada Addas.
“Saya dari negeri Ninu” Jawabnya.
“Itu adalah kampung seorang laki-laki yang saleh; Yunus bin Matta”, kata Rasulullah ﷺ.
“Dari mana kamu tahu tentang Yunus bin Matta?” Tanya Adas keheranan.
“Dia adalah saudaraku, Dia dahulu seorang Nabi dan akupun seorang Nabi” Jawab Rasulullah ﷺ.
Langsung saja Addas mencium kepala Rasulullah ﷺ , juga kedua tangannya dan kakinya.
Addas segera mendatangi kedua tuannya dengan tergopoh-gopoh.
“Ada apa?”, tuannya keheranan.
“Ya tuanku, tidak ada di atas muka bumi ini orang yang lebih baik dari dia. Dia telah menyampaikan kepada saya perkara yang hanya diketahui oleh seorang nabi”, kata Adas.
“Celaka engkau Adas, jangan kau tinggalkan agamamu, agamamu lebih baik dari agama orang itu”, bentak tuannya.
Dengan kesedihan yang mendalam Rasulullah ﷺ kembali menuju Mekkah. Di tengah perjalanan, Allah Ta’ālā mengutus malaikat Jibril bersama malaikat gunung yang siap menunggu perintah Rasulullah ﷺ untuk membalikkan kedua gunung di Mekkah agar ditimpakan kepada penduduk Mekkah.
Namun Rasulullah ﷺ hanya menjawab:
بل أرجو أن يخرج الله عز وجل من أصلابهم من يعبد الله عز وجل وحده لا يشرك به شيئا
“Justru saya berharap, Allah mengeluarkan dari tulang rusuk mereka, keturunan yang menyembah Allah ‘Azza wa Jalla semata dan tidak menyekutukan-Nya”
Akhirnya Rasulullah ﷺ kembali ke Mekkah dengan mendapatkan perlindungan dari Al-Muṭ’im bin ‘Adi.
Demikianlah ketabahan Rasulullah ﷺ dalam berdakwah. Perlakuan buruk dan kasar tidak menjadikannya dendam dan mengharapkan kehancuran bagi umatnya.
Disadur dari buku: Ar-Raḥīq Al-Makhtūm
Semoga artikel kali ini tentang “Kisah Rasulullah ﷺ Berdakwah Ke Ṭaif” bermanfaat