IMAN KEPADA MALAIKAT
Yaitu keyakinan yang kuat bahwasanya Allah telah menciptakan suatu makhluk untuk beribadah kepada-Nya, dan mengikhlaskan ketaatan pada-Nya, Dia mengkhususkan mereka untuk beribadah kepada-Nya, menempatkan mereka di langit-Nya, dan memberikan kepada mereka kekuatan untuk melaksanakan perintah-Nya.
Iman kepada malaikat tidak sempurna kecuali dengan meyakini hal-hal berikut ini:
Pertama: Bahwa mereka adalah hamba-hamba yang mulia, berbakti lagi dekat dengan Allah, tunduk kepada-Nya, dan penyayang
Mereka tidak memiliki sifat-sifat rubūbiyyah dan ulūhiyyah sedikit pun. Allah Ta’ālā berfirman,
“Dan mereka berkata, ‘Tuhan Yang Maha Pengasih telah menjadikan (malaikat) sebagai anak.’ Mahasuci Dia. Sebenarnya mereka (para malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Dia (Allah) mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai (Allah), dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (QS. Al-Anbiyā`: 26-28)
“Mereka (para malaikat) takut kepada Tuhan yang (berkuasa) di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).” (QS. An-Naḥl: 50)
“Mereka (para malaikat) tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Taḥrīm: 6)
“Yang mulia lagi berbakti.” (QS. ‘Abasa: 16)
“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Dia berfirman kepada para malaikat, ‘Apakah kepadamu mereka ini dahulu menyembah?’ Para malaikat itu menjawab, ‘Mahasuci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.'” (QS. Saba`: 40-41)
Mereka (para malaikat) menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh Engkaulah yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 32)
Kedua: Bahwa mereka diberi nama dengan nama-nama mulia
Siapa yang kita ketahui namanya dari mereka maka kita beriman kepadanya dan kepada namanya, dan siapa yang tidak kita ketahui namanya maka kita beriman kepadanya secara global. Di antara malaikat mulia itu yang kita ketahui namanya adalah: Jibril, Mikail, Israfil, Malaikat Maut, Malik, Ridwan, Munkar dan Nakir, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur`ān dan Sunnah yang sahih.
Ketiga: Bahwa mereka diciptakan dari cahaya, memiliki sayap, dan memiliki rupa yang agung lagi beragam
Allah Ta’ālā berfirman,
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fāṭir: 1)
Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Malaikat-malaikat itu diciptakan dari cahaya.” (HR. Muslim)([1])
Dalam dua kitab sahih, bahwa Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam “melihat Jibril dalam bentuk aslinya, dan dia memiliki enam ratus sayap. Setiap sayap menutupi ufuk.”([2])
Nabi juga bersabda,
“Diizinkan kepadaku untuk menceritakan tentang satu malaikat dari malaikat-malaikat Allah Ta’ālā yang memikul Arasy, sesungguhnya di antara ujung telinganya ke bahunya adalah sejauh perjalanan tujuh ratus tahun.” (HR. Abu Daud)([3])
Mereka adalah makhluk hakiki, bukan hanya sekadar kekuatan maknawi sebagaimana diklaim oleh sebagian orang. Jumlah mereka sangat banyak, tidak ada yang bisa menghitung banyaknya kecuali Penciptanya. Dalam hadis Anas yang muttafaq ‘alaihi dalam kisah Mikraj disebutkan, “bahwasanya Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam diperlihatkan kepadanya Baitulmakmur, di langit ke tujuh. Di dalamnya setiap hari salat tujuh puluh ribu malaikat. Jika mereka telah keluar (selesai salat) maka mereka tidak kembali lagi ke sana.”([4])
Keempat: Bahwa mereka bersaf-saf dan bertasbih
Allah mengilhamkan kepada mereka untuk bertasbih (memuji Allah), melaksanakan perintah-Nya, dan memberikan kepada mereka kekuatan untuk melaksanakannya.
Allah Ta’ālā berfirman,
“Dan tidak satu pun di antara kami (malaikat) melainkan masing-masing mempunyai kedudukan tertentu, dan sesungguhnya Kami selalu teratur dalam barisan (dalam melaksanakan perintah Allah). Dan sungguh, kami benar-benar terus bertasbih (kepada Allah).” (QS. Aṣ-Ṣāffāt: 164-166)
“Jika mereka menyombongkan diri maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya pada malam dan siang hari, sedang mereka tidak pernah jemu.” (QS. Fuṣṣilat: 36)
“Mereka (malaikat-malaikat) tidak henti-hentinya (bertasbih).” (QS. Al-Anbiyā`: 20)
Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata, “Ketika Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam berada di antara para sahabatnya, beliau bersabda kepada mereka, ‘Apakah kalian mendengar apa yang aku dengar?’ Mereka menjawab, ‘Kami tidak mendengar apa pun.’ Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya aku mendengar rintihan langit, dan dia berhak untuk merintih, karena tidak ada tempat sejengkal pun di sana melainkan ada malaikat yang sujud atau berdiri (beribadah).'” (HR. Tabrani. Al-Albāniy mengatakan, “Hadis ini sahih berdasarkan syarat Imam Muslim”)([5])
Kelima: Mereka tidak bisa dilihat
Mereka ada di alam gaib, tidak bisa dijangkau oleh indra manusia dalam kehidupan dunia kecuali bagi orang-orang yang dikehendaki oleh Allah, seperti penglihatan Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam terhadap Jibril dalam bentuk aslinya yang diciptakan Allah. Akan tetapi, manusia bisa melihat mereka di akhirat.
Allah Ta’ālā berfirman,
“(Ingatlah) pada hari (ketika) mereka melihat para malaikat, pada hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata, “Ḥijran maḥjūrā.” (QS. Al-Furqān: 22)
Dan Allah Ta’ālā juga berfirman,
“Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.” (QS. Ar-Ra’d: 23)
Tetapi Allah memberikan mereka kemampuan untuk berubah dan berbentuk seperti manusia. Allah Ta’ālā berfirman,
“Lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.” (QS. Maryam: 17)
“Dan para utusan Kami (para malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, ‘Selamat.’ Dia (Ibrahim) menjawab, ‘Selamat (atas kamu).’ Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka ketika dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, dia (Ibrahim) mencurigai mereka, dan merasa takut kepada mereka. Mereka (malaikat) berkata, ‘Jangan takut, sesungguhnya kami diutus kepada kaum Lut.‘“ (QS. Hūd: 69-70)
“Dan ketika para utusan Kami (para malaikat) itu datang kepada Lut, dia merasa curiga dan dadanya merasa sempit karena (kedatangan)nya. Dia (Lut) berkata, ‘Ini hari yang sangat sulit.’ Dan kaumnya segera datang kepadanya. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan keji. Lut berkata, ‘Wahai kaumku! Inilah putri-putri (negeri)ku mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang pandai?'” (QS. Hūd: 77-78)
Jadi mereka merubah rupa mereka sebagai laki-laki. Demikian juga ketika Jibril mendatangi Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam rupa seorang laki-laki yang memakai baju sangat putih, rambutnya sangat hitam. Dan dia pernah datang dalam rupa Diḥyah Al-Kalbiy raḍiyallāhu ‘anhu.
Keenam: Mereka ditugaskan dengan tugas yang beragam
Di samping tugas utama dalam bentuk ibadah dan memuji Tuhan yang terus mereka kerjakan, mereka juga memiliki tugas lain, di antaranya:
- Turun membawa wahyu
Ini merupakan tugas Jibril ‘alaihissalām. Allah Ta’ālā berfirman,
Katakanlah, “Rūḥul-Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qur`ān itu dari Tuhanmu dengan kebenaran, untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. An-Naḥl: 102)
“Dan sungguh, (Al-Qur`ān) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam, yang dibawa turun oleh Ar-Rūḥul-Amīn (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan.” (QS. Asy-Syu’arā`: 192-194)
- Menurunkan hujan dan menumbuhkan tanaman
Ini merupakan tugas Mikail, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa orang-orang Yahudi berkata kepada Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, “Kalau engkau mengatakan Mikail yang menurunkan rahmat, tanaman, dan hujan, tentu…”([6])
- Meniup sangkakala
Ini merupakan tugas Israfil untuk mematikan dan membangkitkan manusia. Allah Ta’ālā berfirman,
“Dan sangkakala pun ditiup maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu), maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah).” (QS. Az-Zumar: 68)
Malaikat yang tiga ini, Jibril, Mikail, dan Israfil, mereka adalah para pembesar malaikat, karena tugas mereka berkaitan dengan kehidupan. Jibril mengelola kehidupan hati, Mikail mengelola kehidupan tumbuhan, dan Israfil mengelola kehidupan badan.
Malaikat yang paling mulia adalah Jibril, dan dialah yang disebut dengan Rūḥul-Qudus.
- Menjaga manusia
Allah Ta’ālā berfirman,
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
- Menjaga amalan manusia
Allah Ta’ālā berfirman,
“(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat amal (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada suatu kata yang diucapkan pun melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qāf: 17-18)
- Meneguhkan dan menolong orang beriman
Allah Ta’ālā berfirman,
“(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.’ Kelak akan Aku berikan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka pukullah di atas leher mereka dan pukullah tiap-tiap ujung jari mereka.” (QS. Al-Anfāl: 12)
- Mencabut nyawa
Ini merupakan tugas Malaikat Maut. Allah Ta’ālā berfirman,
“Katakanlah, ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan.'” (QS. As-Sajdah: 11).
Dan Allah Ta’ālā berfirman,
“Sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya dan mereka tidak melalaikan tugasnya.” (QS. Al-An’ām: 61)
- Menanyai mayit tentang Tuhan, agama, dan Nabinya di dalam kubur
Dua malaikat yang bertanya itu adalah Munkar dan Nakir.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik raḍiyallāhu ‘anhu, dari Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika seorang hamba (jenazahnya) sudah diletakkan di dalam kuburnya dan teman-temannya sudah meninggalkannya, dan dia dapat mendengar suara sandal-sandal mereka, maka akan datang kepadanya dua malaikat. Keduanya akan mendudukkannya seraya berkata kepadanya, ‘Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini, Muhammad ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam?’ Apabila dia seorang mukmin maka dia akan menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.’ Maka dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah tempat dudukmu di neraka yang telah Allah ganti dengan tempat duduk di surga.’ Maka dia dapat melihat keduanya.’ Adapun (jenazah) orang munafik dan kafir maka akan dikatakan kepadanya, ‘Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini?’ Maka dia akan menjawab, ‘Aku tidak tahu. Aku hanya berkata mengikuti apa yang dikatakan manusia.’ Maka dikatakan kepadanya, ‘Kamu tidak mengetahuinya dan tidak mengikuti orang yang mengerti.’ Kemudian dia dipukul dengan palu dari besi satu kali pukulan sehingga dia berteriak yang dapat didengar oleh yang ada di sekitarnya kecuali oleh dua makhluk (jin dan manusia).” (Muttafaq ‘alaihi)([7])
Dalam riwayat Tirmizi dari hadis Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu (disebutkan), “Apabila mayat atau salah seorang dari kalian sudah dikuburkan, ia akan didatangi dua malaikat hitam lagi biru, salah satunya bernama Munkar dan yang lain Nakir. Keduanya berkata, ‘Apa pendapatmu tentang orang ini (Nabi Muhammad)?’…”([8])
- Menjaga janin
Yaitu dengan meniupkan ruh kepadanya, menuliskan rezeki, ajal, amalan, dan kesengsaraan atau kebahagiaannya.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud raḍiyallāhu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bercerita kepada kami, dan beliau adalah orang yang jujur dan dipercaya, dengan mengatakan, ‘Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (nuṭfah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah (‘alaqah) selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging (muḍgah) selama empat puluh hari. Kemudian Allah mengutus malaikat kepadanya. Malaikat itu diperintahkan melakukan empat perkara. Dikatakan kepadanya, ‘Tulislah tentang amalannya, rezekinya, ajalnya, dan kesengsaaraan atau kebahagiaannya.’ Kemudian ditiupkan kepadanya ruh…”([9])
- Menjaga neraka
Allah Ta’ālā berfirman,
“Dan yang Kami jadikan penjaga neraka itu hanya dari malaikat.” (QS. Al-Muddaṡṡir: 31)
“Dan mereka berseru, ‘Wahai Malik! Biarlah Tuhanmu mematikan kami saja.’ Dia menjawab, ‘Sungguh, kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).'” (QS. Az-Zukhruf: 77)
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Taḥrīm: 6)
- [10] Beristigfar untuk orang mukmin, mendoakan, memberi berita gembira, dan memuliakan mereka di surga
Allah Ta’ālā berfirman,
“(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari azab Neraka. Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam Surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka, dan orang yang saleh di antara nenek moyang mereka, istri-istri, dan keturunan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijakasana. Dan peliharalah mereka dari (bencana) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (bencana) kejahatan pada hari itu, maka sungguh Engkau telah menganugerahkan rahmat kepadanya dan demikian itulah kemenangan yang agung.'” (QS. Gāfir: 7-9)
Dan Allah Ta’ālā berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.'” (QS. Fuṣṣilat: 30)
Juga berfirman,
“Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), ‘Selamat sejahtera atas kamu karena kesabaranmu.’ Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.” (QS. A-Ra’d: 23-24)
([1]) HR. Muslim nomor 2996, dari hadis Aisyah raḍiyallāhu ‘anhā.
([2]) HR. Bukhari nomor 3234, dan Muslim nomor 177, dari hadis Aisyah raḍiyallāhu ‘anhā. Dan juga diriwayatkan oleh Bukhari dengan nomor 3232, dan Muslim nomor 174, dari hadis Ibnu Mas’ud raḍiyallāhu ‘anhu.
([3]) HR. Abu Daud nomor 4727, dari hadis Jabir raḍiyallāhu ‘anhu.
([4]) HR. Bukhari nomor 3207, dan Muslim nomor 162.
([5]) HR. Tabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabīr nomor 3122. Lihat As-Silsilah Aṣ-Ṣaḥīḥah, Al-Albāniy nomor 852.
([6]) HR. Ahmad nomor 2483 dari hadis Ibnu Abbas raḍiyallāhu ‘anhumā. Tabrani meriwayatkan dalam Al-Mu’jam Al-Kabīr nomor 12061, dari hadis Ibnu Abbas raḍiyallāhu ‘anhumā bahwasanya Rasulullah ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Jibril, “Apa tugas Mikail?” Dia menjawab, “(mengatur) tanaman dan hujan.” Riwayat ini disebutkan oleh Al-Ḥaiṡamiy di Majma’ Az-Zawā`id nomor 14212, kemudian dia berkata, “Dalam sanadnya ada Muhammad bin Abi Laila. Dia diberikan tauṡīq oleh sekelompok ahli hadis, hanya saja hafalannya lemah. Adapun para perawi lainnya maka semuanya ṡiqah.
([7]) HR. Bukhari nomor 1374, dan Muslim nomor 2870.
([8]) HR. Tirmizi nomor 1071. Al-Albāniy dalam As-Silsilah Aṣ-Ṣaḥīḥah mengatakan, “Sanadnya Jayyid. Para perawinya semuanya merupakan perawi Imam Muslim. Dan terkait Ibnu Isḥāq, yaitu Al-‘Āmiri Al-Qurasyi, terdapat pembicaraan yang tidak mempengaruhinya.”
([9]) HR. Bukhari nomor 3208, dan Muslim nomor 2643 tanpa penyebutan lafal nuṭfah (mani). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu ‘Uwānah sebagaimana disebutkan dalam Fatḥu Al-Bāri karangan Ibnu Ḥajar, 15/189.